Kesempatan kali ini merupakan kali ke dua bagi Saya untuk datang mengunjungi air terjun yang luar biasa ini, dimana sebelumnya pada bulan Desember 2009 Saya datang bersama beberapa teman memberanikan diri datang walaupun waktu itu cuaca sedang turun hujan di daerah Makassar.
Pada kesempatan pertama, kesan yang saya dapatkan ketika pertama kali melihat air terjun ini adalah tempat yang berbahaya, karena saat Saya datang, di sekitar wilayah Sulawesi Selatan sedang hujan sehingga debit air di Air Terjun ini sedang melimpah. Dan memang, di tempat ini pernah terjadi kecelakaan dimana ada Mahasiswa hanyut terkena air bah yang datang secara tiba-tiba. Pada kesempatan kedua, Saya datang kembali mengunjung Air Terjun ini pada hari-hari akhir di bulan Februari 2010. Cuaca saat itu cukup cerah dengan beberapa gumpalan awan terlihat meneduhkan perjalanan Saya dan ketika tiba di tempat tujuan dan untuk ke dua kalinya Saya melihat Air Terjun Parangloe, wajah asli Air Terjun ini nampak terlihat. Deburan air yang gemuruh, jernih air yang mengalir, sejuknya suasana, segarnya udara, indahnya pemandangan, langsung dapat Saya lihat dan rasakan. Untuk di wilayah Sulawesi Selatan, mungkin Air Terjun Parangloe merupakan Air Terjun terindah karena memiliki air terjun yang bertingkat, susuan batu yang menarik dan airnya yang jernih. Tempat ini masih sangat asri, masih jarang orang yang datang berkunjung dan akses untuk menuju tempat ini masih cukup sulit karena kita harus menuruni jalan setapak yang lebih mirip sebagai jalur air hujan dengan tingkat kemiringan 30 s.d 45 derajat.
Akses ke Air Terjun Parangloe
Air terjun ini ada di daerah Parangloe, kecamatan Bili-bili, kab. Gowa, Sulawesi Selatan. Dari Makassar, waktu yang dibutuhkan untuk menuju ke tempat ini tidak lebih dari 2 Jam perjalanan, cukup ikuti jalan poros Makassar – Goa – Malino. Dan, ketika sampai di seputar wilayah Bendungan Bili-Bili perjalanan akan sedikit menantang karena ada beberapa titik jalan yang mengalami kerusakan parah sehingga laju kendaraaan akan sedikit terhambat karena banyak truk-truk besar bermuatan pasir dan batu melewati jalan ini. Kurang dari 20 menit setelah melewati Bendungan Bili-Bili mungkin anda bisa bertanya-tanya ke masyarakat sekitar mengenai keberadaan Air Terjun ini karena memang tidak ada plang atau informasi mengenai keberadaannya.
Karakteristik Air Terjun Parangloe
Wilayah di sekitar Air Terjun Paranloe di dominasi oleh hutan produksi dan persawahan. Sumber keindahan Air Terjun berasal dari sebuah sungai dangkal yang memiliki lebar 15 s.d 20 meter sehingga menghasilkan debit air yang cukup deras. Untuk mencapai ke pinggir sungai untuk menikmati Air Terjun ini, kita harus melewati jalan yang cukup terjal dengan sudut kemiringan 30 s.d 45 derajat dan melewati rimbunan ilalang. Air Terjunnya sendiri terdiri dari 2 Juram. Juram pertama di tandai dengan adanya sebuah pohon yang tumbuh di atas batu dan berada di tengah-tengah aliran air dan Juram kedua tepat berada dibawah juram pertama.
4 comments:
menarik nih,, pengen nyoba kesini klo berkunjung ke makassar :)
Aku udah ke sini nie,perjalanan yg cukup menantang bagi yg mau cobain trip2 naik gunung boleh memulai jln kesini lumayan asik loh bakalan hilang capek nya setelah sampai di puncak air terjun.....
Innalillah air terjun ini merenggut nyawa tetangga saya (kakak adik) serta sepupunya. Alfatihah
Tewasnya dua warga Gowa dan satu warga Makassar di permandian Bantimurung II, Kecamatan Parangloe, Minggu (18/5/2014) membuka kembali himbauan dari pemerintah terkait kawasan tersebut.
Kadis Pariwisata Gowa, Andi Rimba Alam Pangeran yang dikonfirmasi Senin (19/5/2014) mengatakan bahwa pemerintah Kabupaten Gowa telah menetapkan wisata permansian Bantimurung II sebagai kawasan larangan kunjungan.
''Kami sudah lakukan pelarangan kunjungan ke Bantimurung II ini sejak tahun 2009. Hal ini ditandai pula dengan dipasangnya papan pengumuman di lokasi tersebut,” paparnya.
Menurut Rimba, banyaknya kejadian yang menewaskan warga di Bantimurung II lantaran aliran sungai di atas tumpahan air terjun kerap meluap akibat hujan deras di hulu.
Karenanya limpahan volume air terjun ini kerap membesar dan bisa membuat pengunjung terjebak.
Akibat banyaknya kecelakaan menimpa pengunjung di Bantimurung II maka Pemkab Gowa melalui Dinas Pariwisata belum pernah berkeinginan menata kawasan itu sebagai kawasan wisata resmi.
''Karena sudah banyaknya menelan korban maka banyak cerita setempat yang dikonotasikan mistis, padahal logikanya hanya karena curah hujan di hulu yang deras mengakibatkan volume limpahan air terjun itu membawa air bah ke bawah,'' tambah Rimba. (*)
Source : Tribunnews.com 19 Mei 2014
by : Fahri Alamsyah
Post a Comment