Makassar alias Ujung Pandang, sebuah kota di Sulawesi Selatan yang memiliki dua buah nama yang masih digunakan hingga saat ini. Ada yang menyebutnya Makassar dan ada juga yang menyebutnya Ujung Pandang… Yah… Saya sebagai pendatang yang pernah tinggal di sini lebih comfort menyebutnya dengan Makassar saja karena lebih singkat penyebutannya (hanya 1 suku kata).
Saya cukup lama tinggal di kota ini, jika di total-total sudah hampir 3 tahun Saya habiskan waktu di kota ini. Pertama kali menginjakkan kaki di Makassar, hal pertama yang menjadi kekhawatiran Saya adalah terhadap rasa aman karena Stasiun televisi nasional sering kali meliput kota ini dari sisi kriminalitasnya yang cukup sering terjadi dan demonstrasi mahasiswanya yang hampir selalu berakhir anarkis. Melihat image seperti itu… rasanya wajar kalau Saya cukup khawatir untuk sebuah perasaan aman ketika tinggal di kota ini…
Saya cukup lama tinggal di kota ini, jika di total-total sudah hampir 3 tahun Saya habiskan waktu di kota ini. Pertama kali menginjakkan kaki di Makassar, hal pertama yang menjadi kekhawatiran Saya adalah terhadap rasa aman karena Stasiun televisi nasional sering kali meliput kota ini dari sisi kriminalitasnya yang cukup sering terjadi dan demonstrasi mahasiswanya yang hampir selalu berakhir anarkis. Melihat image seperti itu… rasanya wajar kalau Saya cukup khawatir untuk sebuah perasaan aman ketika tinggal di kota ini…
Selama hampir 3 tahun, Saya telah cukup banyak berinteraksi dan melihat seperti apa masyarakat di Sulawesi Selatan ini. Perangai keras memang cukup terlihat dalam keseharian, tapi tidak semuanya seperti itu karena pada umumnya hanya sebatas “keras” di suara saja atau cara penyampaiannya. Sebagai orang dari daerah luar, Saya cukup kaget ketika berinteraksi dengan beberapa orang, Saya pikir sedang marah-marah ternyata memang begitu caranya berbicara .
Secara umum, masyarakat kota Makassar seperti gambaran umum masyarakat Indonesia yang ramah, santun dan religius, hanya saja memang ada beberapa hal yang terlihat cukup berlebihan. Seperti ketika ada sanak keluarga yang meninggal dunia, masyarakat di sini sering kali berkonvoi untuk mengantarkan jenazah ke rumah duka atau tempat pemakaman… yang tidak santun adalah caranya yang sering kali mengganggu pengguna jalan yang lain dan membuat kegaduhan dengan membuat suara yang bising dari knalpot kendaraan… sering kali hal seperti ini dapat memicu keributan antara peserta konvoi dengan masyarakat sekitarnya. Contoh lain adalah demonstrasi mahasiswa yang sering kali berakhir anarkis… Saya pribadi tidak habis pikir melihat kelakuan kaum intelektual yang sangat suka melakukan tindakan anarkis, Saya yakin tidak semua mahasiswa seperti itu tapi ada oknum-oknum yang sepertinya menikmati ketika terjadi kekacauan saat demonstrasi berlangsung, untuk contoh ini sifat distruktif sangat kental terlihat karena perusakan fasilitas umum atau memblokade jalan raya sering kali dilakukan dan sangat mengganggu serta meresahkan masyarakat. Lelucon dari seorang teman mengatakan kalau mahasiswa yang demo-demo anarkis itu tidak bisa menjawab pertanyaan dari 1/3+1/4…
Selama hampir 3 tahun, Saya merasa kerasan tinggal di kota ini karena orang-orangnya, makanannya, lingkungannya dan objek wisatanya meninggalkan kesan yang baik bagi Saya. Masih jauh lebih banyak orang yang baik dari pada orang yang tidak baik di kota ini, contoh-contoh negatif itu hanya segelintir tetapi cukup mengganggu ketika sewaktu-waktu terulang kembali.
0 comments:
Post a Comment