Pages

Friday, February 4, 2011

Lebaran – Liburan – Palopo – Tana Toraja sampai ke Kuburan Batu Londa

Kali ini Saya ingin bercerita mengenai perjalanan di tahun 2007 saat ke Tana Toraja – Sulawesi Selatan. Memang tidak terlalu banyak yang bisa di ingat berhubung saat ini… kisah itu terjadi 3 tahun yang lalu, tapi karena Saya pernah bertandang ke sana… walaupun sedikit rasanya tetap perlu untuk di ceritakan…

Pada waktu itu, Saya memang berkeinginan untuk bisa mengunjungi Toraja… sebuah kota yang terkenal dengan kuburan batu, mayat yang di letakkan di pohon yang dilubangi, tradisi pemakaman yang luar biasa expensive, dan banyak lagi… sepertinya terdengar seperti sebuah kota yang penuh dengan hal-hal tidak biasa dan sangat menarik untuk di datangi. 

Kesempatan itu datang saat bulan idul fitri di tahun 2007, ketika itu Saya belum genap 1 tahun bekerja dan belum memiliki hak tiket pesawat untuk pulang berlebaran ke Jakarta sehingga lebaran akan dilewatkan di Makassar. Kebetulan, ada seorang teman yang kampungnya di Palopo dan mengundang Saya untuk berlebaran di sana, dia juga bersedia menemani kalau Saya ingin ke Toraja karena dari Palopo hanya membutuhkan waktu kurang dari 3 jam jika menggunakan sepeda motor untuk sampai ke Toraja. Hem… Lebaran di Palopo, bisa sekalian main ke Toraja sepertinya pilihan yang cukup menarik ^^… Yo Wis… Berangkat Cuyyy…!!! Finaly… dari Makassar ke Palopo saya tempuh dengan menggunakan bis antar propinsi selama 8 jam… Hehehe… Pegel… ^^

Akhirnya… Saya berlebaran di Palopo… Secara Saya ini orang luar, rasanya memang asing di kampung orang yang baru pertama kali di datangi… untung tidak terlalu menjadi masalah karena masyarakat di sana ramah-ramah semua ^^... Setelah 3 malam di lewati di Palopo dengan bersilaturahmi, makan-makan dan mengunjungi beberapa objek wisata seperti air terjun Latuppa dan bersantai sore di Bendungan Batu Sitanduk… perjalanan ke Toraja akhirnya terealisasi juga… 

Waktu itu, Saya menyewa jasa ojek sebanyak 5 orang untuk mengantar ke Toraja… kok bisa sampai 5 tukang ojek… hehehe… itu karena selain Saya dan sang Teman, ada 3 orang saudaranya yang ingin ikut ke Toraja…. Sebenarnya sih yang mau ikut lebih dari itu, tapi gak sanggup cuy… Hahaha… Sebenernya sih pingin sewa mobil, tapi tempat gw tinggal ini masih kampung banget, ada mobil yang bisa di sewa tapi kebetulan lagi mau di pake sama yang punya jadi emang gak ada opsi lain… mau gak mau, ambil jasa ojek dech… -_-

Keputusan menggunakan jasa ojek ternyata gak salah… di luar dugaan, ternyata perjalanan dari Palopo ke Toraja itu unforgettable buat gw… keren banget dech… ternyata, ojek yang di pilih ma sodara temen gw itu handal banget bawa motornya… serasa di bonceng sama Falentino Rossi… hehehe… Bayangkan… Perjalanan selama 3 jam melewati berbukitan yang penuh dengan tikungan tajam dan jurang yang dalam di lewati tanpa hambatan dengan kecepatan rata-raata 70 s.d 80 Km/Jam… setiap kelokan tajam motornya sampe miring banget… sampai-sampai beberapa kali bagian bawah motor kita bergesekan dengan aspal hingga mengeluarkan percikan api… bau besi terbakar beberapa kali tercium saat melewati tikungan tajam… Wah… Edan dech… ^^. Dengan kecepatan seperti itu, sebenarnya tidak perlu sampai 3 jam untuk sampai ke Toraja, tapi berhubung ada 1 motor yang bannya bocor… perjalanan kita sempat terhambat 30 menit’an… Dan akhirnya… sampailah juga di Toraja… Hore…. ^^.

Sesampainya di Toraja, Saya gak terlalu muluk-muluk untuk bisa mengunjungi objek wisata sebanyak-banyaknya ketika di sana… Niat awal memang hanya ingin menginjakkan kaki di bumi Toraja dan itu sudah terealisasi selain itu tidak banyak waktu yang Saya miliki untuk berkeliling di sana karena hari itu juga Kami harus kembali ke Palopo, jadi… bonus bisa mengunjungi salah satu objek wisata rasanya sudah cukup. Dan akhirnya… Objek Wisata Kuburan Batu Londa menjadi pilihan saat itu…

Kuburan Batu Londa – Tana Toraja

Londa terletak di desa Sendan Uai, kecamatan Sanggalai, berjarak sekitar 7 kilometer di sebelah selatan kota Rantepao, Ibukota Kabupaten Tana Toraja. Dari jalan poros yang Saya lalui, ada sebuah belokan di sebelah kiri menuju ke Londa dengan sebuah papan yang menjadi petunjuk mengenai keberadaan tempat wisata ini… selama melewati jalan itu, suasana rimbunnya hutan pedesaan sangat mendominasi hingga akhirnya Saya sampai di sebuah gerbang masuk dengan loket kecil di sebelah kanannya… Dan untuk memasuki kawasan wisata Londa, tiket masuk harus di tebus dengan harga Rp.5.000,- Ketika lebih masuk lagi ke dalam… ada sebuah gerbang unik berbentuk mirip rumah tongkonan yang penuh dengan hiasan ukiran khas toraja, di sana biasanya sudah banyak menunggu penjaja jasa senter atau petromax yang include dengan guide yang akan menemani perjalanan untuk menelusuri gua dengan harga Rp. 20.000,- Karena waktu itu Saya ber 10, jadi Kami di tawarkan untuk menggunakan 2 petromax sekaligus untuk menerangi di depan dan belakang karena tidak cukup kalau hanya 1… tapi Saya gak terlalu percaya dan cukup PD dengan senjata senter dari handphone Nokia 1100 (Hehehe… kan itu hp ada senternya tuh… klo di rumah mati lampu lumayan terang kan cahayanya… pasti bisa lah klo cuman di Gua Londa… ^^) Yo wis… hanya dengan 1 petromax kita berangkat…

Setelah melewati jalan setapak dan anak tangga… akhirnya Saya sampai pada objek pertama dan berhadapan langsung dengan deretan Tau-Tau yang diletakkan di atas balkon dan menghadap ke jalan. Tau-Tau merupakan patung replika manusia dari orang yang telah meninggal dunia dan dimakamkan di sekitar lokasi tersebut. Patung ini di buat semirip mungkin dengan aslinya… dan untuk aksesoris yang digunakan dipatung tersebut biasanya juga merupakan barang pribadi yang memang digunakan ketika orang tersebut masih hidup. Di sekitar deretan Tau-Tau tersebut terdapat sejumlah Erong yang merupakan peti mati khas toraja yang di sangkutkan pada celah atau lubang-lubang yang terdapat di atas bukit batu atau di gantung pada dinding2 gua… Letak dari erong menentukan status sosial dari orang tersebut… lebih tinggi dan lebih sulit di jangkau berarti orang tersebut semasa hidupnya memang seseorang dengan status sosial yang tinggi pula. Kondisi dari Erong-erong ini ada yang masih bagus dan ada juga yang sudah rusak sehingga dapat terlihat dengan jelas isinya yang berupa kerangka manusia… di sekitar lokasi ini juga banyak ditemukan tengkorak yang tergeletak begitu saja… mungkin tengkorak-tengkorak tersebut erongnya sudah benar-benar rusak sehingga isinya jatuh dan berserakan.

Setelah melihat Tau-Tau dan Erong, perjalanan dilanjutkan ke mulut Gua yang berisi lebih banyak lagi peti mati dan tengkorak didalamnya… Untuk gua pertama dalamnya tidak seberapa, tetapi di sini terdapat ruangan yang cukup luas berisi penuh dengan tumpukan peti mati dan tengkorak yang di letakkan di atas meja batu pada dinding gua… Tengkorak-tengkorak tersebut nampaknya sengaja diletakkan untuk menciptakan atmosfir yang mengerikan ketika berada di dalam gua… entah tengkorak punya nenek moyang siapa… tapi setidaknya ada sekitar belasan tengkorak yang di pajang di atas meja batu di dalam gua pertama ini… Dan… Setelah melihat-lihat gua pertama, Saya pun keluar dan malanjutkan untuk masuk ke Gua yang ke-dua… Gua ini katanya cukup dalam hingga sekitar 1000 meter, Ketika Saya masuk ke dalam gua, pada beberapa tempat jalannya naik turun dan tinggi antara dasar dan atap gua tidak lebih dari 1 meter sehingga Saya harus berjalan sambil membungkuk atau berjongkok untuk bisa lebih masuk lagi kedalam. Selama melewati jalan dalam gua ini, banyak ditemukan peti mati yang berada di sisi kanan kiri dan serpihan tulang berulang dan tengkorak manusia yang tergeletak begitu saja… Selain itu juga banyak ditemukan batangan rokok yang diletakkan beserta koin-koin rupiahan baik di atas peti mati maupun di sekitar tengkorak yang tergeletak. Saya sempat melihat ada peti mati yang nampak masih cukup baru terselimuti kain renda berwarna putih… Saya tanya ke guide yang menemani dan ternyata peti mati itu belum genap 1 bulan di dalam gua… Hehehe… kacau… gw langsung merinding denger si guide bilang begitu… tapi anehnya… selama di dalam gua, tidak tercium sama sekali bau-bau aneh… hanya rasa pengap yang normal dirasakan ketika di dalam gua. Di salah satu sudut gua, Saya juga melihat ada 2 buah tengkorak yang di letakkan berdekatan… dan katanya si guide itu adalah tengkorak dari 2 orang muda mudi yang cintanya dilarang dan berakhir dengan saling bunuh diri… ya… seperti kisah romeo dan juliet. Akhirnya rombongan Saya keluar dari gua yang kedua setelah puas memasuki gua selama kurang lebih 30 menit…

Setelah berada di luar gua… Saya melanjutkan perjalanan dengan melintasi pinggiran sawah dan menaiki tangga menuju ke dataran yang lebih tinggi. Dari sini nampak jelas terlihat bukit batu yang menaungi Goa Londa… di atas bukit batu itu juga banyak terlihat lubang gua yang lebih kecil berisi peti mati yang entah bagaimana caranya hingga bisa berada di mulut gua dengan ketinggian tersebut… Lanjut lagi berjalan terdapat toko souvenir yang menjual baju bercorak toraja, pernak pernik hingga miniatur Tau-Tau yang dijualkan. Hem… Sudah lengkap perjalanan mengelilingi Londa… Pengalaman yang sangat menarik… bagi Saya pribadi masih belum cukup puas karena baru Londa yang di kunjungi sedangkan masih banyak lagi objek wisata yang juga menarik tetapi tidak dapat dikunjungi karena sore itu juga, rombongan Saya harus kembali berjibaku dengan motor melewati jalan berkelok untuk kembali ke Palopo… Ya sudahlah… Jika terbuka kesempatan berikutnya Saya akan mengunjungi objek wisata lain di Tana Toraja…

1 comments:

Sikunir said...

wahh amazing ,,

ke dieng yuk kak untuk Lihat Golden Sunrise terbaik di Asia Tenggara di Sikunir